Catatan perjalanan !
SUMENEP yang SYAHDU
Happy
wedding buat mas Firman dan istrinya. 04 April 2015, perjalanan jam 03.00 pagi
menuju pulau Madura. Berangkat dari tempat kelahiran ku Kediri, aku menempuh 9
jam perjalanan menuju pulau Madura tepatnya di daerah sumenep. Setelah
menghadiri pernikahan mas firman, anggota lpm spirit mahasiswa. Aku dan
teman-teman lpm sm lainnya melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi beberapa
tempat didaerah Madura.
Pertama
kami mengunjungi pantai lombang yang berada diujung sumenep. Pemandangan yang
indah dengan pasir putihnya serta cemara udangnya yang menawan membuat mata ini
tidak mau berkedip untuk melihat nikmat Tuhan ini. Cemara ini hanya tumbuh di 2
tempat di dunia. Pertama Brazil dan tempat kedua ini di Madura tempat yang
terkenal dengan karapan sapi nya, yang lebih tepat lagi cemara udang ini tumbuh
di daerah Sumenep. Di sepanjang perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan
hamparan sawah dan pohon cemara udang yang menawan. Di tempat ini masih jarang
sekali rumah warga. Kalaupun ada jaraknya dari rumah ke rumah lain jauh.
Suasana
yang tenang, air laut yang bergulung ombak kecil sangat cocok untuk berendam di
pinggir pantai. Pemandangan yang amat jarang sekali kutemui sa’at aku berada
dirumah. Kenikmatan mana yang tak kau syukuri. Kami bersantai di pinggir pantai
dengan menikmati kelapa muda dan bermain gitar sambil bernyanyi. Setelah selesai makan dan bersantai aku, teman
lainnya berkeliling pantai dengan hamparan pasir putih yang lembut. Kami
ditemani oleh mas irul mantan anggota lpm universitas Madura, Pamekasan. Mas
irul mengajak kami berkeliling pantai. Kebetulan waktu itu ada pertunjukan kontes
sapi sonok.
Sapi
sonok adalah dua sapi betina yang dihiasi dan dipercantik sedemikian rupa untuk
dilombakan. Sapi Sonok sendiri merupakan jenis karapan sapi juga, akan tetapi
untuk sapi berjenis kelamin betina dan yang dilombakan adalah keindahan sapi
saat berjalan dan berpakaian. Sapi ini berbeda dengan sapi-sapi lainnya.
Pembeda sapi ini adalah dari warna dan kelincahan nya. Sapi sonok ini dapat
juga di latih untuk menari.
Kontes Sapi Sonok tersebut diadakan sebagai upaya untuk lebih memperkenalkan tradisi Sapi Sonok ke masyarakat luas, umumnya masyarakat di luar pulau Madura. Yang pada waktu itu ada acara orang dari luar negeri sedang ada camp disitu. Waktu itu aku kurang tau juga tentang mengapa banyak sekali camp bule disitu. Karena waktu itu saya kurang mencari tau informasi dan bertanya pada penduduk setempat.
Masih
dengan sapi sonok, Sapi sonok pertama kali dicetuskan oleh warga Batu Kerbui
pesisir utara Pamekasan. Dalam sejarahnya setiap kali selesai bekerja membajak
ladang, para petani biasanya memandikan sapinya itu. Setelah dimandikan maka
sepasang sapi itu didiamkan ke satu tiang “tancek”. Kebiasaan itu juga dilakukan
oleh petani lain dalam satu petak tanah tegal, sehingga tampak ramai. Dalam
perkembangannya, kemudian muncul pemikiran dari para petani untuk memilih dan
melombakan mana sapi yang paling bersih dan rapi berdiri. Pasangan sapi itu
juga kemudian didandani dengan asesoris lain yang indah. Dari sinilah awal
muncul tradisi sapi sonok yang menjadi kebudayaan masyarakat Madura dan
sekitarnya.
Sapi
sonok dalam perkembangannya bukan hanya menjadi perekat hubungan sosial, namun
juga memiliki makna budaya dan tehnologi. Bisa dikatakan sebagai perekat
hubungan social karena dari aspek sosial budaya, sapi sonok mendekatkan hubugan
social masyarakat Madura dengan masyarakat luar Madura, dan dari budaya juga
menjadikan sapi sonok ini sebagai sebuah hasil kreasi masyarakat yang menjadi
kebanggaan. Sedangkan dari tehnologi, terbentukalah tehnologi yang menciptakan
tehnologi untuk membibitkan sapi yang berkualitas dan menjaga kelestarian
spesies sapi Madura.
Seperti
layaknya model yang hemdak melenggang di catwalk, sapi-sapi itu
didandani dengan selempang keemasan di leher serta dada. Di leher sapi juga
dipasang pangonong, yaitu kayu perangkai sapi yang diukir indah dengan
perpaduan warna merah dan kuning emas. Sebelum acara dimulai, beberapa pemilik
sapi menari sambil menggiring sapi-sapi mereka keliling lapangan. Grup musik
Saronen yang terdiri atas tiga pemain kenong, satu pemain kendang, satu pemain
gong, dua pemain terompet, dan dua pemain kecer mengiringi pasangan sapi yang
melenggang dengan kepala tegak bak seorang model.
Untuk
menghasilkan sapi yang bak bagaikan model ini diperlukan perawatan khusus yang
berbeda dengan sapi pada umumnya. Sebulan sekali pemilik sapi memberikan
jamu berupa adonan tepung jagung dicampur gula jawa, bawang, daun bawang,
asam jawa, kelapa, dan telur. Dua kali sebulan sapi sonok juga diberi susu
segar dicampur 25 butir kuning telur. Bahkan kalah dengan perawatan untuk
perutku sehari-hari.
Sapi-
sapi itu dilatih berdiri tegak di tempat pengikatan khusus antara pukul 15.00
dan pukul18.00. Dengan demikian, sapi-sapi itu terbiasa berjalan dengan posisi
tegak dan kelihatan anggun. Agar kulit sapi bersih dan mengilap, pemilik sapi
sonok memandikan sapi-sapinya dua kali sehari. Kandang sapi pun dijaga selalu
bersih.
Setelah
puas menikmati pantai lombang dan melihat sunset. Aku dan teman-teman lainnya
ikut mengantar mas adi kerumah orang tuanya yang letaknya tidak jauh dari
pantai lombang. Rumah orang tua mas adi berada di kecamatan batang-batang. Mas adi
merupakan mantan anggota lpm universitas Madura juga.
Setibanya
kami dirumah orang tua mas adi, kami diberi jamuan meski hanya berupa mie telur
dan air putih saja. Namun hal itu yang membuat syahdu tersendiri dalam
perjalanan ku kali ini. Sumenep yang syahdu aku akan kesana lagi apabila Tuhan masih
memerikan kesempatan lagi. Terima kasih juga kepada mas adi dan keluarganya
yang sudah mempersilahkan kami untuk beristirahat sebentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar