Kamis, 16 April 2015

Sumenep yang Syahdu



Catatan perjalanan !
SUMENEP yang SYAHDU
Happy wedding buat mas Firman dan istrinya. 04 April 2015, perjalanan jam 03.00 pagi menuju pulau Madura. Berangkat dari tempat kelahiran ku Kediri, aku menempuh 9 jam perjalanan menuju pulau Madura tepatnya di daerah sumenep. Setelah menghadiri pernikahan mas firman, anggota lpm spirit mahasiswa. Aku dan teman-teman lpm sm lainnya melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi beberapa tempat didaerah Madura.
Pertama kami mengunjungi pantai lombang yang berada diujung sumenep. Pemandangan yang indah dengan pasir putihnya serta cemara udangnya yang menawan membuat mata ini tidak mau berkedip untuk melihat nikmat Tuhan ini. Cemara ini hanya tumbuh di 2 tempat di dunia. Pertama Brazil dan tempat kedua ini di Madura tempat yang terkenal dengan karapan sapi nya, yang lebih tepat lagi cemara udang ini tumbuh di daerah Sumenep. Di sepanjang perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan hamparan sawah dan pohon cemara udang yang menawan. Di tempat ini masih jarang sekali rumah warga. Kalaupun ada jaraknya dari rumah ke rumah lain jauh.
Suasana yang tenang, air laut yang bergulung ombak kecil sangat cocok untuk berendam di pinggir pantai. Pemandangan yang amat jarang sekali kutemui sa’at aku berada dirumah. Kenikmatan mana yang tak kau syukuri. Kami bersantai di pinggir pantai dengan menikmati kelapa muda dan bermain gitar sambil bernyanyi.  Setelah selesai makan dan bersantai aku, teman lainnya berkeliling pantai dengan hamparan pasir putih yang lembut. Kami ditemani oleh mas irul mantan anggota lpm universitas Madura, Pamekasan. Mas irul mengajak kami berkeliling pantai. Kebetulan waktu itu ada pertunjukan kontes sapi sonok.
Sapi sonok adalah dua sapi betina yang dihiasi dan dipercantik sedemikian rupa untuk dilombakan. Sapi Sonok sendiri merupakan jenis karapan sapi juga, akan tetapi untuk sapi berjenis kelamin betina dan yang dilombakan adalah keindahan sapi saat berjalan dan berpakaian. Sapi ini berbeda dengan sapi-sapi lainnya. Pembeda sapi ini adalah dari warna dan kelincahan nya. Sapi sonok ini dapat juga di latih untuk menari.

Kontes Sapi Sonok tersebut diadakan sebagai upaya untuk lebih memperkenalkan tradisi Sapi Sonok ke masyarakat luas, umumnya masyarakat di luar pulau Madura. Yang pada waktu itu ada acara orang dari luar negeri sedang ada camp disitu. Waktu itu aku kurang tau juga tentang mengapa banyak sekali camp bule disitu. Karena waktu itu saya kurang mencari tau informasi dan bertanya pada penduduk setempat.
Masih dengan sapi sonok, Sapi sonok pertama kali dicetuskan oleh warga Batu Kerbui pesisir utara Pamekasan. Dalam sejarahnya setiap kali selesai bekerja membajak ladang, para petani biasanya memandikan sapinya itu. Setelah dimandikan maka sepasang sapi itu didiamkan ke satu tiang “tancek”. Kebiasaan itu juga dilakukan oleh petani lain dalam satu petak tanah tegal, sehingga tampak ramai. Dalam perkembangannya, kemudian muncul pemikiran dari para petani untuk memilih dan melombakan mana sapi yang paling bersih dan rapi berdiri. Pasangan sapi itu juga kemudian didandani dengan asesoris lain yang indah. Dari sinilah awal muncul tradisi sapi sonok yang menjadi kebudayaan masyarakat Madura dan sekitarnya.
Sapi sonok dalam perkembangannya bukan hanya menjadi perekat hubungan sosial, namun juga memiliki makna budaya dan tehnologi. Bisa dikatakan sebagai perekat hubungan social karena dari aspek sosial budaya, sapi sonok mendekatkan hubugan social masyarakat Madura dengan masyarakat luar Madura, dan dari budaya juga menjadikan sapi sonok ini sebagai sebuah hasil kreasi masyarakat yang menjadi kebanggaan. Sedangkan dari tehnologi, terbentukalah tehnologi yang menciptakan tehnologi untuk membibitkan sapi yang berkualitas dan menjaga kelestarian spesies sapi Madura.
Seperti layaknya model yang hemdak melenggang di catwalk, sapi-sapi itu didandani dengan selempang keemasan di leher serta dada. Di leher sapi juga dipasang pangonong, yaitu kayu perangkai sapi yang diukir indah dengan perpaduan warna merah dan kuning emas. Sebelum acara dimulai, beberapa pemilik sapi menari sambil menggiring sapi-sapi mereka keliling lapangan. Grup musik Saronen yang terdiri atas tiga pemain kenong, satu pemain kendang, satu pemain gong, dua pemain terompet, dan dua pemain kecer mengiringi pasangan sapi yang melenggang dengan kepala tegak bak seorang model.
Untuk menghasilkan sapi yang bak bagaikan model ini diperlukan perawatan khusus yang berbeda dengan sapi pada umumnya. Sebulan sekali pemilik sapi memberikan  jamu berupa adonan tepung jagung dicampur gula jawa, bawang, daun bawang, asam jawa, kelapa, dan telur. Dua kali sebulan sapi sonok juga diberi susu segar dicampur 25 butir kuning telur. Bahkan kalah dengan perawatan untuk perutku sehari-hari.
Sapi- sapi itu dilatih berdiri tegak di tempat pengikatan khusus antara pukul 15.00 dan pukul18.00. Dengan demikian, sapi-sapi itu terbiasa berjalan dengan posisi tegak dan kelihatan anggun. Agar kulit sapi bersih dan mengilap, pemilik sapi sonok memandikan sapi-sapinya dua kali sehari. Kandang sapi pun dijaga selalu bersih.
Setelah puas menikmati pantai lombang dan melihat sunset. Aku dan teman-teman lainnya ikut mengantar mas adi kerumah orang tuanya yang letaknya tidak jauh dari pantai lombang. Rumah orang tua mas adi berada di kecamatan batang-batang. Mas adi merupakan mantan anggota lpm universitas Madura juga.
Setibanya kami dirumah orang tua mas adi, kami diberi jamuan meski hanya berupa mie telur dan air putih saja. Namun hal itu yang membuat syahdu tersendiri dalam perjalanan ku kali ini. Sumenep yang syahdu aku akan kesana lagi apabila Tuhan masih memerikan kesempatan lagi. Terima kasih juga kepada mas adi dan keluarganya yang sudah mempersilahkan kami untuk beristirahat sebentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar