BEDA TETAPI SAMA
Tahun baru tidak
lupa dengan ajaran baru. Banyak instansi pendidikan mengeluarkan peserta didik
dan merekrut peserta didik baru pula. Begitu juga dengan instansi pendidikan
seperti perguruan tinggi yang banyak mengeluarkan sarjana dan merekrut calon-calon
sarjana, calon penerus bangsa. Seperti halnya universitas Trunojoyo Madura
(UTM) yang terletak di sebelah utara pulau jawa. UTM memerlukan mahasiswa baru pula. Pada tahun ini pula UTM
merekrut kira-kira 3.250 mahasiswa jalur SNMPTN, SBMPTN, dan Mandiri. Jumlah
pendaftar sendiri kurang lebih 12.000 dari peserta SNMPTN di berbagai daerah.
”jumlah mahasiswa yang di ambil tahun ini
kira-kira kurang lebih 3.250 dari 3 jalur pendaftaran.” Kata Bapak Kusman
sebagai bagian Akademik BAAKPSI UTM.
Jumlah
calon mahasiswa baru ini berasal dari berbagai macam daerah. Berbagai macam
agama, berbagai macam kebudayaan yang akan melebur menjadi satu di Universitas
Trunojoyo Madura dan akan menyelesaikan pendidikan kurang lebih empat tahun
lamanya. Mereka akan bersama-sama membangun UTM yang lebih baik dan akan
bersama-sama menyelesaikan pendidikan. Melebur menjadi satu tanpa adanya
perbedaan ras,suku,agama,kebudayaan, dan lain-lain.
Sebut
saja Mannen Juara Ganda Siahan asal Medan,Sumatra Utara yang mengambil jurusan
Teknik Elektro semester 4. Awal mula
masuk di UTM dia merasa takut dengan adat istiadat carok yang biasa di lakukan
oleh masyarakat Madura. Namun setelah dijalani dia merasa biasa saja dan sama
seperti apa yang ada di Sumatra utara. Menurut Mannen Juara Ganda Siahan
sendiri masyarakat lokal Madura cukup baik dan ramah. Berbeda dengan apa yang
di bilang oleh orang luar tentang Madura. Mannen Juara Ganda sendiri beragama
Kristen. Sedangkan sebagian mahasiswa UTM beragama islam. Namun tidak ada
batasan antara Mannen Juara Ganda dan mahasiswa lainnya untuk belajar dan
memiliki satu tujuan yang sama, yaitu membangun UTM yang lebih baik dan maju.
Madura
memang di kenal dengan caroknya. Banyak masyarakat luar beranggapan dari sisi
negatifnya saja tentang Madura. Sehingga banyak masyarakat luar takut akan
tinggal maupun singgah di sini. Namun faktanya banyak masyarakatnya pendatang
dan berasal dari luar pulau Madura sendiri. Bahkan dari mereka ada yang sampai menikah
dan mempunyai anak. Mereka hidup berdampingan tanpa adanya konflik dan
deskriminasi. Mereka saling menghargai dan menghormati satu sama yang lainnya.
Bukankah
perbedaan itu indah? Seperti apa yang dikatakan Mannen Juara Ganda bahwa
perbedaanlah yang membuat indah.
”disitulah saat di Madura letak perbedaan yang indah” ujar Mannen Juara Ganda.
Perbedaanlah yang menyatukan. Perbedaan yang membuat kita tau apa makna dari
menghargai. Perbedaan bukanlah penghalang untuk kita saling membunuh, namun
dengan perbedaan yang menjadikan kekuatan bagi kita untuk berjalan
berdampingan. Dengan perbedaan kita mengetahui apa yang tidak kita
ketahui. Begitu indahnya perbedaan itu.
Bhineka Tunggal Ika bisa ditemukan dalam
Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad XIV
pada era Kerajaan Majapahit. Mpu Tantular merupakan seorang penganut Buddha
Tantrayana, namun merasakan hidup aman dan tentram dalam kerajaan Majapahit
yang lebih bernafaskan agama Hindu (Ma’arif A. Syafii, 2011). Bhineka Tunggal
Ika yang berarti ”berbeda-beda tetap satu jua” mempunyai maksud bahwa Indonesia
memiliki beragam budaya namun tetap bersatu untuk mencapai tujuan bersama
Indonesia Merdeka.
Jika
di lihat dari keberagamannya, Indonesia mempunyai 17.508 lebih pulau. Kurang
lebih ada sekitar 1128 suku dan 77 bahasa daerah. Tidak heran jika Indonesia
mempunyai keberagaman suku dan budaya. Mungkin cara hidupnya juga bisa berbeda
di setiap daerah. Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan
dengan keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat,
agama, dan berbagai perbedaan lainya. Namun perbedaan itulah yang menjadi salah
satu penguat Negara Indonesia. Perbedaan tersebut juga di jadikan sebagai modal
untuk membangun Negara Indonesia sebagai Negara yang merdeka.
Bhinneka
Tunggal Ika merupakan semboyan yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang
berasal dari keanekaragaman. Semboyan ini yang menolak adanya perbedaan dalam
bermasyarakat. Semua sama rata dan melebur menjadi satu. Semboyan ini sudah di
terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. dimana kita haruslah dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat
yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat
istiadat, warna kulit dan lain-lain.
Begitu hal nya dengan instansi pendidikan seperti perguruan tinggi negeri yang
berada di Madura ini. calon mahasiswa dan mahasiswanya sendiri berasal dari
berbagai seluruh penjuru pelosok Indonesia. Melebur menjadi satu dengan tujuan
sama yaitu membangun UTM dan memperoleh pendidikan secara bersama-sama.
Di
UTM tidak ada penggolongan atau batasan untuk masuk ke perguruan tinggi negeri
di utara Surabaya ini. Semuanya sama tanpa membedakan antara satu sama lain.
Seperti mahasiswa yang berasal dari Madura maupun luar Madura seperti jawa,
Sumatra, papua, dan masih banyak lagi daerah lain. Tidak ada perbedaan yang
membedakan mereka dari lainnya. Tanpa sadar kita sudah menerapkan semboyan ini.
tidak hanya di instansi pendidikan, di dalam masyarakat sendiri kita sudah menerapakannya.
Dengan saling menghargai dan hidup bersama dengan orang yang berlainan agama
maupun ras yang ada di sekitar kita. Semuanya berjalan selaras dan sejalan seperti
harmoni tanpa adanya perbedaan dan deskriminasi.
Tahun baru tidak
lupa dengan ajaran baru. Banyak instansi pendidikan mengeluarkan peserta didik
dan merekrut peserta didik baru pula. Begitu juga dengan instansi pendidikan
seperti perguruan tinggi yang banyak mengeluarkan sarjana dan merekrut calon-calon
sarjana, calon penerus bangsa. Seperti halnya universitas Trunojoyo Madura
(UTM) yang terletak di sebelah utara pulau jawa. UTM memerlukan mahasiswa baru pula. Pada tahun ini pula UTM
merekrut kira-kira 3.250 mahasiswa jalur SNMPTN, SBMPTN, dan Mandiri. Jumlah
pendaftar sendiri kurang lebih 12.000 dari peserta SNMPTN di berbagai daerah.
”jumlah mahasiswa yang di ambil tahun ini
kira-kira kurang lebih 3.250 dari 3 jalur pendaftaran.” Kata Bapak Kusman
sebagai bagian Akademik BAAKPSI UTM.
Jumlah
calon mahasiswa baru ini berasal dari berbagai macam daerah. Berbagai macam
agama, berbagai macam kebudayaan yang akan melebur menjadi satu di Universitas
Trunojoyo Madura dan akan menyelesaikan pendidikan kurang lebih empat tahun
lamanya. Mereka akan bersama-sama membangun UTM yang lebih baik dan akan
bersama-sama menyelesaikan pendidikan. Melebur menjadi satu tanpa adanya
perbedaan ras,suku,agama,kebudayaan, dan lain-lain.
Sebut
saja Mannen Juara Ganda Siahan asal Medan,Sumatra Utara yang mengambil jurusan
Teknik Elektro semester 4. Awal mula
masuk di UTM dia merasa takut dengan adat istiadat carok yang biasa di lakukan
oleh masyarakat Madura. Namun setelah dijalani dia merasa biasa saja dan sama
seperti apa yang ada di Sumatra utara. Menurut Mannen Juara Ganda Siahan
sendiri masyarakat lokal Madura cukup baik dan ramah. Berbeda dengan apa yang
di bilang oleh orang luar tentang Madura. Mannen Juara Ganda sendiri beragama
Kristen. Sedangkan sebagian mahasiswa UTM beragama islam. Namun tidak ada
batasan antara Mannen Juara Ganda dan mahasiswa lainnya untuk belajar dan
memiliki satu tujuan yang sama, yaitu membangun UTM yang lebih baik dan maju.
Madura
memang di kenal dengan caroknya. Banyak masyarakat luar beranggapan dari sisi
negatifnya saja tentang Madura. Sehingga banyak masyarakat luar takut akan
tinggal maupun singgah di sini. Namun faktanya banyak masyarakatnya pendatang
dan berasal dari luar pulau Madura sendiri. Bahkan dari mereka ada yang sampai menikah
dan mempunyai anak. Mereka hidup berdampingan tanpa adanya konflik dan
deskriminasi. Mereka saling menghargai dan menghormati satu sama yang lainnya.
Bukankah
perbedaan itu indah? Seperti apa yang dikatakan Mannen Juara Ganda bahwa
perbedaanlah yang membuat indah.
”disitulah saat di Madura letak perbedaan yang indah” ujar Mannen Juara Ganda.
Perbedaanlah yang menyatukan. Perbedaan yang membuat kita tau apa makna dari
menghargai. Perbedaan bukanlah penghalang untuk kita saling membunuh, namun
dengan perbedaan yang menjadikan kekuatan bagi kita untuk berjalan
berdampingan. Dengan perbedaan kita mengetahui apa yang tidak kita
ketahui. Begitu indahnya perbedaan itu.
BHINEKA TUNGGAL
IKA
Bhineka Tunggal Ika bisa ditemukan dalam
Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad XIV
pada era Kerajaan Majapahit. Mpu Tantular merupakan seorang penganut Buddha
Tantrayana, namun merasakan hidup aman dan tentram dalam kerajaan Majapahit
yang lebih bernafaskan agama Hindu (Ma’arif A. Syafii, 2011). Bhineka Tunggal
Ika yang berarti ”berbeda-beda tetap satu jua” mempunyai maksud bahwa Indonesia
memiliki beragam budaya namun tetap bersatu untuk mencapai tujuan bersama
Indonesia Merdeka.
Jika
di lihat dari keberagamannya, Indonesia mempunyai 17.508 lebih pulau. Kurang
lebih ada sekitar 1128 suku dan 77 bahasa daerah. Tidak heran jika Indonesia
mempunyai keberagaman suku dan budaya. Mungkin cara hidupnya juga bisa berbeda
di setiap daerah. Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan
dengan keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat,
agama, dan berbagai perbedaan lainya. Namun perbedaan itulah yang menjadi salah
satu penguat Negara Indonesia. Perbedaan tersebut juga di jadikan sebagai modal
untuk membangun Negara Indonesia sebagai Negara yang merdeka.
Bhinneka
Tunggal Ika merupakan semboyan yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang
berasal dari keanekaragaman. Semboyan ini yang menolak adanya perbedaan dalam
bermasyarakat. Semua sama rata dan melebur menjadi satu. Semboyan ini sudah di
terapkan dalam kehidupan bermasyarakat. dimana kita haruslah dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari yaitu hidup saling menghargai antara masyarakat
yang satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa, agama, bahasa, adat
istiadat, warna kulit dan lain-lain.
Begitu hal nya dengan instansi pendidikan seperti perguruan tinggi negeri yang
berada di Madura ini. calon mahasiswa dan mahasiswanya sendiri berasal dari
berbagai seluruh penjuru pelosok Indonesia. Melebur menjadi satu dengan tujuan
sama yaitu membangun UTM dan memperoleh pendidikan secara bersama-sama.
Di
UTM tidak ada penggolongan atau batasan untuk masuk ke perguruan tinggi negeri
di utara Surabaya ini. Semuanya sama tanpa membedakan antara satu sama lain.
Seperti mahasiswa yang berasal dari Madura maupun luar Madura seperti jawa,
Sumatra, papua, dan masih banyak lagi daerah lain. Tidak ada perbedaan yang
membedakan mereka dari lainnya. Tanpa sadar kita sudah menerapkan semboyan ini.
tidak hanya di instansi pendidikan, di dalam masyarakat sendiri kita sudah menerapakannya.
Dengan saling menghargai dan hidup bersama dengan orang yang berlainan agama
maupun ras yang ada di sekitar kita. Semuanya berjalan selaras dan sejalan seperti
harmoni tanpa adanya perbedaan dan deskriminasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar