KEBEBASAN
MAHASISWA
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bebas adalah lepas sama sekali (tidak
terhalang, terganggu, dan sebagainya, sehingga dapat bergerak, berbicara,
berbuat dengan leluasa, lepas dari (kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dsb). Kebebasan
sendiri merupakan hak untuk memilih apa yang di kehendakinya tanpa paksaan atau
dorongan dari orang lain. Temasuk kehidupan mahasiswa yang bebas. Kebanyakan
dari mahasiswa melancong ke luar tempat kelahirannya untuk mencari
kampus-kampus elit yang ada di kota besar. Dari situlah kehidupan bebas tanpa
pengawasan mulai muncul.
Kehidupan
bebas sebagai mahasiswa menawarkan kesempatan untuk mempelajari informasi dan
keterampilan baru, bertemu orang-orang hebat dan menemukan minat baru. Sehingga
akan memunculkan ideology dan pemikiran-pemikiran yang berbeda pula. Kebebasan
ini yang sering di salah artikan oleh mahasiswa. Kehidupan mahasiswa tidak akan
pernah habisnya untuk di bahas. Mereka yang sudah tidak remaja lagi, pasti
dapat mengurus hidup mereka sendiri. Kehidupan bebas mahasiswa ini yang sering
lupa dan melenceng dari tujuannya belajar dan sebagai pengubah tatanan sosial.
Tanpa disadari sikap gengsilah yang membuat mereka lupa akan perannya sebagai
mahasiswa.
Kehidupan mahasiswa sekarang yang gaya
hidupnya kelas menengah ke atas yang dicirikan dengan kemampuan mengonsumsi
produk dan gaya hidup modern (glamor). Suka bermain sosial media, nongkrong di
café, dll. Bahkan sampai bebas tidur dengan siapa saja hingga terjerumus ke
hal-hal negatif seperti seks bebas. Sampai-sampai memakai narkoba. Contoh
tentang Delapan mahasiswa Universitas Pancasila (UP) dikeluarkan karena
terlibat narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) pada awal April 2014
kemarin. Semua
ini lepas dari pengawasan orang tua yang jauh dari tempat mereka menuntut ilmu.
Mahasiswa
sering kali digambarkan sibuk mengejar urusan cinta dengan gaya hidup yang
menonjolkan tampilan fisik. Berangkat kuliah dengan penampilan yang menonjol
agar dilihat keren oleh teman-temannya. Sering bolos pada jam-jam kuliah,
mendengar semua yang keluar dari dosen setelah itu pulang ke kos lupa. Sibuk
dengan pacaran. Tentu mahasiswa seperti apa yang dapat di banggakan jika
dunianya seperti itu. Kebanyakan dari mereka akademiknya kurang. Apakah seperti
ini calon penerus bangsa kita? Tidak malukah pada orang tua yang semula dari
rumah niat untuk belajar namun sampai tujuan beralih sibuk bergaya?
Sebagai
calon penerus bangsa, mahasiswa belajar agar dapat mengubah tatanan sosial
seperti yang di harapkan oleh masyarakat. Bukankah dengan belajar yang rajin
tanpa sibuk mengejar cinta dan menonjolkan fisik, membuat akademik semakin
bagus. Secara otomatis dapat memberikan kebanggaan orang tua yang telah
membiayainya dengan jumlah yang tidak sedikit.
Memang
semua itu tidak lepas dari kebebasan individu untuk memilih hidup. Setiap orang
memang berhak memilih kehidupannya sendiri. Namun kebebasan memilih hidup ini
mempunyai batasan-batasan yang harus di taati agar tidak berbelok ke arah
negatif. Yang semula tujuan kuliah untuk belajar, mencari ilmu, mencapai
cita-cita yang sejak awal dibawa dari kampung atau tempat asal, seterusnya
mendapat pekerjaan yang baik beralih menjadi tempat mencari eksistensi. Jadi
harus pintar memilih pergaulan dan membentengi kebebasan dengan batasan-batasan
sesuai kemampuan individu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar